Rabu, 12 Desember 2012

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MATERI AJAR KIMIA

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MATERI AJAR KIMIA PADA PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES) MEDAN
Oleh : DINA FERNATA PURBA

A.    PENDAHULUAN
Dalam upaya pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang betujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pelayanan kefarmasian sebagai bagian dari pembangunan  kesehatan mempunyai peran untuk menjamin penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, secara rasional, aman, dan bermutu di semua sarana  pelayanan kesehatan.
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kegidupan pasien. Hal ini sejalan dengan paradigma yang sedang dikembangkan di Indonesia yaitu paradigma asuhan kefarmasian atau pharmaceuntical care. Jika sebelumnya pelayanan kefarmasian lebih berfokus kepada produk atau menajemen logistik , maka pada saat ini paradigma tersebut telah berubah dengan fokus ke arah peningkatan kualitas hidup pasien. Perubahan paradigma dan pola pelayanan kefarmasian ini dinegara negara maju telah lama berlangsung, sedangkan di Indonesia masih sangat tertinggal. Peran tenaga kefarmasian dalam pelayanan kefarmasian tidak lagi sekedar meracik obat, tetapi juga memberikan informasi obat yang aman dan benar. Pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada produk dari penyerahan obat kepada pasien, secara bertahap dan pasti dapat ditinggalkan demi kebutuhan pasien dan tenaga kefarmasian itu sendiri.
Tenaga dan perubahan yang cepat di bidang kefarmasian termasuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi: lapangan pekerjaan yang luas; perubahan paradigm dan pola pelayanan kefarmasian; dan era pasar bebas tentunya menuntut kualitas yang tinggi di bidang kefarmasian termasuk sumber daya manusianya. Tenaga Ahli Madya Farmasi sebagai bagian dari tenaga kefarmasian harus memiliki kompetensi sesuai dengan standar profesinya. Pembentukan tenaga Ahli Madya Farmasi yang kompeten melalui pendidikan dimulai dari kurikulum yang diterapkan. Untuk itulah perlu disusun suatu kurikulum pendidikan berbasis kompetensi yang sesuai dengan standar profesi dan tuntutan yang dibutuhkan di masyarakat.Program pendidikan D-III Farmasi bertujuan menyiapkan mahasiswa menjadi Ahli Madya di bidang analisis farmasi yang bermoral, memiliki kompetensi di bidang analisis obat dan makanan.
Dalam mempersiapkan tenaga ahli madya yang memiliki kompetensi, tidak terlepas dari kurikulum, silabus, satuan acara pengajaran. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara menyampaikan dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegitan belajar mengajar di perguruan tinggi (Kemendiknas no 232/U/2000). Dalam pandangan yang lebih luas kurikulum memiliki peranan : (1) Kebijakan manajemen pendidikan tinggi untuk menentukan aah pendidikan, (2) Filosofi yang akan mewarnai terbentuknya masyarakat dan iklim akdemik, (3) Patron dan pola pembelajaran, (4) Atmosfer ayau iklim yang terbentuk dari hasil interaksi manajerial PT dalam mencapai tujuan pembelajaran, (5) Rujukan  kualitas dari proses menjamin mutu, serta (6) ukuran keberhasilan PT dalam menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Keberhasilan pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah guru (dosen) sebagai tenaga pengajar, peserta didik, dan faktor lainnya. Guru (dosen) dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi ganda, sebagai pengajar dan pendidik, maka guru secara otomatis mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai kemajuan pendidikan. Secara teoritis dalam peningkatan mutu pendidikan guru (dosen) memiliki peran antara lain : (a) sebagai salah satu komponen sentral dalam sistem pendidikan, (b) sebagai tenaga pengajar sekaligus pendidik dalam suatu instansi pendidikan (sekolah maupun kelas bimbingan), (c) penentu mutu hasil pendidikan dengn mencetak peseta didik yang benar-benar menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman danbertaqwa kepada Tuhan YME, percaya diri, disiplin, dan bertanggung jawab, (d) sebagai faktor kunci, mengandung arti bahwa semua kebijakan, rencana inovasi, dan gagasan pendidikan yang ditetapkan untuk mewujudkan perubahan system pendidikan, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, (e) sebagai pendukung serta pembimbing peserta didik sebagai generasi yang akan meneruskan estafet pejuang bangsa untuk mengisi kemerdekaan dalam kancah pembangunan nasional serta dalam penyesuaian perkembangaanjaman dan teknologi yang semakin spektakuler, (f) sebagai pelayan kemanusiaan di lingkungan masyarakat, (g) sebagai pemonitor praktek profesi.
Melihat begitu banyaknya peranan guru (dosen) dalam proses pembelajaran sehingga diperlukan panduan kurikulum. Kurikulum Program Pendidikan Diploma III Farmasi ini merupakan respon terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian dan dikembangkan berbasis kompetensi. Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang diharapkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam  pemilihan materi ajar yaitu jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan terhadap materi tersebut, sesuai dengan yang terkandung dalam Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing- masing perguruan tinggi. Dalam hal ini Diploma III Farmasi Depkkes melaksanakan kurikulum yang berpedoman terhadap kurikulum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.
Dalam penyusunan kurikulum mengacu kepada undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sitem pendidikan nasional pasal 35 ayat 1 dan pasal 36 ayat 1, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan; peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pasal 97 yang megamanatkan tersusunya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan dengan mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan. Penyusunan kurikulum program pendidikan memerlukan kaidan substansi dengan pendekatan taksonomi pembelajaran untuk memperoleh lulusan yang berkompeten sesuai dengan standar kompetensi profesi. Bloom (1956) mengidentifikasikan tujuan instruksional menjadi tiga ranah menurut jenis kemampuan yang tercantum di dalamnya, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Jika mengkaji lebih mengenai jurusan Farmasi tentunya sangat erat kaitannya dengan materi kimia. Ilmu kimia lahir dari keinginan para ahli kimia untuk menjawab atas pertanyaan “apa” dan “mengapa” tentang sifat materi yang ada di alam. Ilmu kimia memiliki sifat” kasat mata” yaitu sifat yang nyata yang dapat dibuat fakta konkritnya, dan memiliki sifat  “abstrak” yaitu yang tidak dapat dibuat fakta konkritnya. Ilmu kimia dapat memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagia peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakekat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja. Dengan melihat betapa pentingnya ilmu kimia sehingga farmasi sangat erat kaitannya dengan ilmu kimia, sehinga peneliti ingin menganalisis serta ingin memaparkan materi ajar imia yang ada pada jurusan Diploma III Farmasi di Poltekkes Medan.
B.    METODE
Metode penelitian yang dilakukan adalah bersifat analisis deskriptif. Instrument yang digunakan instrument non tes berupa wawancara dan observasi. Adapun bentuk wawancara yang dilakukan berhubungan dengan satuan pengajaran perguruan tinggi, silabus, proses perkuliahan, buku ajar, sumber perkuliahan, dosen pengajar, sarana dan prasara yang digunakan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal (9 dan 10 Februari 2012). Sampel penelitian ini adalah dosen sekaligus ketua jurusan Diploma III Farmasi Poltekkes Medan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif

C.    HASIL DAN PEMBAHASAN
1.    Profil Diploma III Farmasi Politekknik Kesehatan Medan
VISI : Tersedianya tenaga ahli madya farmasi yang profesional dalam bidang pengetahuan khusus farmasi, yang tanggap terhadap iptek secara global, guna mewujudkan indonesia sehat 
MISI :
1.    Mengembangkan iptek kesehatan dalam bidang pengetahuan khusus farmasi untuk menunjang pengadaan tenaga ahli madya farmasi yang professional
2.    Melaksanakan penelitian kesehatan dalam bidang pengetahuan khusus farmasi untuk mengatasi masalah kesehatan serta memperkaya iptek
3.    Menerapkan iptek kesehatan melalui pengabdian masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan
Tujuan pendidikan Diploma III Farmasi yang merupakan bagian utama dari tujuan pendidikan nasional adalah mendidik tenaga-tenaga farmasi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa pancasila, dan UUD 1945, berperiakal, dan kepribadian tinggi, terbuka dan tanggap terhadap seni dan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat khususnya yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, sehingga lulusan Program Diploma III Farmasi diharapkan mampu :
a)    Melakukan profesinya dalam pelayanan kesehatan pada umunya, khususnya pelayanan kefarmasian.
b)    Berperan aktif dalam pengelolaan pelayanan kefarmasian dengan menerapkan prinsip administrasi, organisasim supervise dan evaluasi
c)    Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, bersifat terbuka, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan iptek dan berorientasi ke masa depan serta mampu memberikan penyuluhan kefarmasian kepada masyarakat dengan menunjang tinggi martabat kemanusiaan
d)    Membantu dalam kegiatanpenelitian di bidang farmasi atau dibidang kesehatan lainnya yang terkait
Lulusan pendidikan program Diploma III farmasi disebut  tenaga Ahli Madya Farmasi, dan memiliki fungsi :
a.    Melaksanakan peracikan dan penyerahan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b.    Melaksanakan penatalaksanaan sedian obat
c.    Melaksanakan teknologi pembuatan sediaan farmasi
d.    Melaksanakan penglolaan di bidang pengemasan
e.    Melaksanakan pengelolaan di bidang pergudangan
f.    Melaksanakan teknik pendistribusian dan pemasaran sediaan farmasi
g.    Memberikan informasi tentang sediaan farmasi
h.    Melaksanakan penyuluhan dan sumber informasi kesehatan di bidang farmasi
i.    Menyiapkan alat peraga
j.    Melaksanakan kegiatan pengumpulan dan pengelolaan data penelitian
    Kurikulum Program Diploma III Farmasi ditetapkan dengan  sistem Satuan Kredit Semester (SKS). Dalam kurikulum Program Diploma III Farmasi ditetapkan sejumlah 96 SKS atau 80% dari beban studi yang seharusnya ditempuh bagi pendidikan diploma III (110-120 SKS), penetapan ini merupakan kesepakatan bersama pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan kesehatan yang di fasilitasi oleh Menteri Kesehatan.
    Setiap mahasiswa program Diploma III Farmasi adalah 3 (tiga) tahun atau 6 (enam)  semester dengan masa terpanjang adalah lima (5) tahun atau sepuluh(10) semester dan beban studi yang harus ditempuh adalah 96 SKS yang terdiri dari MPK (Mata Kuliah Pengembangan dan Kepribadian) =10 SKS (10%); MKK (Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan) = 21 SKS (22%); MKB (Mata Kuliah Berkarya) = 37 SKS (38%); MPB (Mata Kuliah Perilaku Berkarya) = 18 SKS (20%); dan MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat) = 10 SKS (10%), dengan proporsi Mata Kuliah Teori = 39 SKS (40%), dan Mata Kuliah Praktek =57 SKS (60%).
    Tenaga pengajar (dosen) memiliki kriteria kelulusan S2 dari disiplin ilmu terkait dengan mata kuliah yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan belajar mengajar diberikan dalam bentuk teori dan praktek. Metode pembelajaran yang digunakan untuk pengajaran teori di kelas antara alain berupa pengalaman belajar ceramah (PBC), pengalaman belajar diskusi (PBD), dan pengalaman belajar seminar (PBS). Sedangkan pengajaran praktik  berupa pemberian pengalaman belajar Pratik (PBP) di laboratorium dan pengalaman Praktik Kerja lapangan (PKL) di Puskesmas, Rumah Sakit, Industri farmasi, dan pelayanan kesehatan Masyarakat lainnya, kegiatan PKL dilaksanakan pada semester keenam.
    Pemilihan tehadap metode pembelajaran tergantung kepada tujuan, isi materi, faktor kerangka kerja, kemampuan peserta didik, dan sistem penilaian yang digunakan, Metode meliputi ceramah, bekerja  di laboratrium, demenstrasi, orientasi lapangan, kerja kelompok, diskusi, tutorial, proyek kerja, seminar, dan presentasi sebagai pebicara atau penulis. Metode pembelajaran teori dan praktik dilakukan untuk saling mengisi dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu dalam rangka pemecahan masalah.
    Lahan praktik lapangan yang digunakan berupa instalasi farmasi, rumah sakit minimal tipe C, Puskesmas, Industri farmasi, Industri Obat Tradisional, Apotik, Pedagang Besar Farmasi, Gudang Besar farmasi. Penilaian terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dilakukan secara berkala dalam bentuk penugasan, ujian, dan atau seminar. Sistem penilaian dilakukan dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan hasilnya dinyatakan dengan  huruf A, B, C, D, E dengan masing-masing nilai absolut. Untuk mengetahui pencapaian kompetensi dilakukan ujian dalam bentuk uji kompetensi sesuai unit-unit kompetensi pada setiap akhir tahun, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
    Para peserta didik yang telah menyelesaikan studi akan diberikan ijazah pendidikan Diploma III Farmasi.
2.    Analisis Kompetensi yang diharapkan
    Dalam Program Diploma III Farmasi terdiri dari 62 mata kuliah, dan 2 diantara adalah PKL dan karya Tulis, sehingga terdapat 62 jenis mata kuliah yang harus ditempuh oleh mahasiwa diploma III farmasi. Dengan rincian pembagian mata kuliah sebagai berikut :
NO    Mata Kuliah    SEM    Bobot SKS
1    AGAMA    I    1
2    PANCASILA    I    2
3    PRAK. BAHASA INGGRIS    I    2
4    BIOLOGI FARMASI    I    1
5    FISIKA DASAR    I    2
6    KIMIA DASAR    I    2
7    FARMASETIKA DASAR    I    2
8    PRAK. BIOLOGI FARMASI    I    1
9    PRAK. KIMIA DASAR    I    2
10    PRAK. FARMASETIKA DASAR    I    4
11    PRAKTEK AGAMA    I    1
12    PEND. KEWARGANEGARAAN     II    2
13    PRAK. BAHASA INGGRIS    II    2
14    ANATOMI FISIOLOGI    II    2
15    MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI    II    2
16    KIMIA ORGANIK    II    2
17    FARMAKOLOGI DASAR    II    2
18    FARMASETIKA I    II    2
19    PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN    II    2
20    PRAKTEK FARMASTEIKA I    II    4
21    PRAKTEK MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI    II    2
22    BIOKIMIA    III    2
23    FISIKA FARMASI    III    2
24    FARMASETIKA II    III    2
25    FARMAKOLOGI I    III    2
26    KIMIA FARMASI I    III    1
27    ILMU PERILAKU DAN ETIKA PROFESI    III    1
28    PRAK. APLIKASI KOMPUTER    III    2
29    PRAK. FISIKA FARMASI    III    2
30    PRAK. FARMASETIKA II    III    4
31    PRAK. KIMIA FARMASI I    III    2
32    PRAK. ILMU PRILAKU DAN ETIKA PROFESI    III    1
33    IKM DAN PROMOSI KESEHATAN    IV    1
34    FARMAKOLOGI II    IV    1
35    FARMAKOGNOSIS I    IV    1
36    KIMIA FARMASI II    IV    1
37    KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA    IV    1
38    TEKONOLOGI FARMASI    IV    1
39    MANJ. PENGADAAN FARMASI AKUNTANSI    IV    1
40    PRAK. IKM DAN PROMOSI KESEHATAN    IV    1
41    PRAK. FARMAKOLOGI II    IV    2
42    PRAK. FARMAKONOGNOSIS I    IV    2
43    PRAK. KIMIA FARMASI II    IV    2
44    PRAK. TEKNOLOGI FARMASI    IV    3
45    PRAK. MANAJ PENGADAAN FARMASI AKUNTANSI    IV    3
46    PRAK. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA    IV    1
47    BAHASA INDONESIA    IV    1
48    METEMATIKA DAN STATISTIKA    V    1
49    PRAK. ILMU KOMUNIKASI    V    1
50    FARMAKOGNOSIS II    V    1
51    FARMASI RUMAH SAKIT    V    1
52    METODOLOGI PENLITIAN    V    1
53    PRAK. PEMASARAN FARMASI    V    3
54    SPESIALIT DAN ALAT KESEHATAN    V    1
55    PRAK. BAHASA INDONESIA    V    1
56    PRAK MATEMATIKA DAN STATISTIK    V    1
57    PRAK. FARMAKOGNOSIS II    V    2
58    PRAK. FARMASI RUMAH SAKIT    V    3
59    PRAK. METODOLOGI PENELITIAN    V    1
60    PRAK. SPESIALIT DAN ALAT KESEHATAN    V    1
61    PRAKTEK KERJA LAPANGAN    VI    6
62    KARYA TULIS    VI    4
     JUMLAH         113

    Diantara 62 jenis mata kuliah tersebut terdapat beberapa mata kuliah yang memuat materi ajar kimia dan ada juga yang memang materi kimia sebagai jenis matakulih yang disarankan, berikut ini deskripsi mata kuliah yang memuat materi kimia :


2.1.    Kimia Dasar
    Pada mata kuliah ini membahas tentang struktur atom dan system periodik unsur, konsep mol, konsentrasi zat, identifikasi senyawa organic, dan analisis volumetric dan grafimetri. Tujuan dari mata kuliah ini diharapkan nantinya para peserta didik mampu memahami struktur atom, dan sitem periodic unsur, konsep mol, konsentrasi zat ( molaritas, normalitas, dan molalitas) dalam satuan kimia (%, ppm, ppb) melakukan identifikasi senyawa anorganik ( kation dan anion) dan menganilis secara volumetric.  Kegitan belajar mengajar yang dilakukan adalah kuliah tatap muka/ ceramah, diskusi, penugasan mandiri, praktik serta kegiatan ko kurikuler yang mendukung proses pencapaian kompetensi peserta didik. Substansi kajian :
1.    Struktur atom dan sitem periodic
2.    Konsep mol
3.    Pendahuluan konsentrasi zat
4.    Jenis konsentrasi zat dan perhitungannya
5.    Aplikasi konsentrasi zat dalam bidang farmasi
6.    Identifikasi zat organic
7.    Aplikasi identifikasi zat anorganik dalam bidang farmasi
8.    Pendahuluan analisis kimia
9.    Analisis zat secara volumetric dan grafimetri serta perhitungannya
10.    Aplikasi analisis volumetric dan grafimetri dalam bidang kefarmasian
2.2.    Kimia Organik
        Mata kuliah ini memepelajari pembagian senyawa karbon, gugus fungsi, nomenklatur, rumus bangun, sifat fisika-kimima, jenis-jenis reaksi kimia. Tujuan mata kuliah ini adalah agar para mahasiswa memahami senyawa karbon, gugus fungsi, dan nomenklatur rumus bangun, sifat fisika-kimia obat dan jenis reaksi kimia. Substansi kajian :
a.    Senyawa hidrokarbon (alkane, alkuna, alkena)
b.    Gugus fungsi (alcohol, aldehid, keton, eter, karboksilat, dan derivatnya)
c.    Menjelaskan senyawa gugus fungsional dan sifat-sifatnya
d.    Mekanisme reaksi identifikasi gugus fungsi
2.3.    Biokimia
        Mata kuliah ini mebahas tentang keberadaan berbagai molekul di dalam sel dan organisme hidup serta reaksi kimianya. Tujuan dari mata kuliah ini adalah agar mahasiswa memahami sel dan molekul-molekul, reaksi-reaksi, yang memerlukan energy, metabolism karbohidrat, lemak, senyawa nitrogen, biosintesis karbohidrat, lemak, senyawa nitrogen, imunologi. Substansi kajian :
a.    Molekul-molekul system hidup
b.    Asam amino dan protein
c.    Enzim
d.    Karbohidrat, nukleotida dan asam nukleat, dan lipida
e.    Metabolism dan katabolisme
f.    Daur asam trikarboksilat dan pernapasan
g.    Katabolisme asam lemak dan senyawa nitrogen
h.    Biosintesis protein
i.    Dasar imunologi
2.4.    Farmasi Fisika
        Mata kuliah ini membahas tentang hubungan sifat fisik molekul obat dalam formulasi suatu sediaan dan mengetahui cara pengujian obat secara pengujian obat secara fisika. Pada mata kuliah ini diharapkakn para mahasiswa mampu menjelaskan hubungan sifat fisika molekul obat dalam formulasi suatu sediaan dan mengatahui cara pengujian obat secara fisika. Substansi Kajian :
a.    Sifat fisik molekul obat
b.    Kelarutan dan distribusi zat
c.    Koloid
d.    Disperse kasar
e.    Difusi dan disolusi
f.    Kinetika reaksi
g.    Stabilitas obat
2.5.    Farmakologi dasar
        Mata kuliah ini mempelajari tentang dasr-dasar farmakologi, biofarmasetika obat, farmakokinetik obat, farmakodinamika obat interaksi obat, efek obat yang baik digunakan dan golongan obat kemoterapi. Dan diharpak mahasiswa mampu memahami aspek mekanisme kerja farmakokinetika obat, dan efek samping obat serta bahayanya. Substansi kajian :
a.    Dasar – dasar farmakologi ( zat aktif, nama paten, indikasi, mekanisme kerja obat, ESO, kontradikasi)
b.    Farmakokinetika obat
c.    Farmakodinamika obat
d.    Interaksi obat
e.    Kemoterapi
2.6.    Farmakologi I
        Mata kuliah ini membahas mengenai aspek mekanisme kerja obat, farmakokinetik obat, farmakodinamika obat, indikasi obat, efek samping dan bahayanya. Dan diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme kerja, farmakokinetika obat dan efek samping obat serta bahaya-bahayanya. Substansi kajian
a.    Obat saluran pencernaan
b.    Obat-obat susunan saraf atonom
-    Analgetik dan antipiretik
-    Hipnotika dan sedative
-    Anaestetik
-    psikofarmaka
c.    Obat-obat kardiovasikule, diuretic, dan antihipertensi
2.7.    Farmakologi II
        Mata kuliah ini membahas mengenai aspek mekanisme kerja obat, farmakokinetik obat, farmakodinamika obat, indikasi obat, efek samping dan bahayanya. Dan diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme kerja, farmakokinetika obat dan efek samping obat serta bahaya-bahayanya. Substansi Kajian :
a.    Vitamin dan mineral
b.    Obat batuk
c.    Obat asma
d.    Enzim untuk pengobatan
e.    Hormone
f.    Antihistamin
g.    Toksikologi
2.8.    Farmakognosis
        Mata kuliah ini membahas mengenai bagian-bagian dari tumbuhan yang mengandung bahan obat, dan mengenali simplisia obat baik secara makroskopik maupun mikroskopik, serta menganilisis zat-zat berkhasiat dalam tumbuhan dan bahan alam, dan diharpkan para mahasiswa nantinya mampu menjelaskan dan memahami bagian-bagian dari tumbuhan yang mengandung obat dan persyaratan, identifikasi kandungan dan kegunaan dari tumbuhan / bahan alam. Substansi kajian :
        Zat yang berkhasiat yang terdapat dalam tanaman obat ( karbohidrat, glukosida, tannin, Minyak Atsiri, Flavanoid, Alkoloid, resin, terpentin) serta identifikasi kandungan tersebut.
2.9.    Kimia Farmasi I
        Mata kuliah ini membahas mengenai  sifat penggologan obat berdasarkan gugus fungsional, hubungan struktur dengan aktivitas obat, serta identifikasi obat secara kualitatif. Dan diharapkakn mahasiswa mampu memahami sifat penggolongan obat berdasarkan  gugus fungsional hubungan struktur dengan aktifitas obat, erta identifikasi obat secara kualitatif, sustansi kajian :
a.    Analisa kimia Kualitatif
2.10.    Kimia Farmasi II
        Mata kuliah ini membahas mengenai sifat-sifat obat penggolongan sintesis, hubungan struktur aktifitas obat dan kegunaan, serta cara identifikasi obat secara kuantitatif, dan dihapkan mahasiswa mampu mempelajari sintesa obat, hubungan struktur obat dan kegunaan obat, mengidentifikasi obat scara kuantitatif. Substansi kajian :
a.    Hubungan struktur obat berdasarkan terapi
-    Obat Diuretik
-    Obat Kardiovasiukuler
-    Obat Vitamin (larut dalam air dan lemak)
-    Obat Hormon
b.    Analisa kimia kuantitaif

3.    Hasil Survey dan Wawancara
Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada ketua jurusan farmasi  diperoleh data sebagai berikut :
a.    Mata kuliah yang terdapat materi kimia :
Mata kuliah yang terdapat materi kimia ada berkisar 10 jenis mata kuliah dan lebih rinci 18 matakuliah yang terbagi dengan praktikumnya, yang kesepuluh mata kuliah ini ada yang langsung membuat materi kimia langsung sebagai mata kulaih dan ada juga yang memuat mata kuliah yang berisi materi kimia, yaitu : Kimia Dasar, Kimia Oganik, Biokimia, Farmasi Fisika , Farmakologi Dasar, Farmakologi I, Farmakologi II, Farmakognosis, Kimia Farmasi I, dan Kimia Farmasi II
b.    Silabus Mata Kuliah
Silabus mata kuliah dibuat sendiri oleh dosen yang bersangkutan  yang membawakan mata kuliah dengan merujuk pada kurikulum yang diadopsi dari kementrian kesehatan.
c.    Proses perkuliahan
Proses perkuliahan dilakukan secara teori dan praktek. Pada pelaksanaan proses pembelajaran, sebagian dosen telah menerapkan model pembelajaran, namun masih ada dosen yang belum menerapkan model-model pembelajaran, dan pelaksanaan perkuliahan juga sudah menggunakan media pembelajaran seperti OHP dan proyektor. Dalam pelaksanaan praktikum dilaksanakan di laboratorium dengan menggunakan penuntun praktikum. Penuntun praktikum yang digunakan adalah diseuaikan dengan dosen pengampu. Untuk penuntun praktikum yang digunakan, masih dicari sendiri oleh mahasiwa dengan panduan dosen pengampu, dan buku panduan yang digunakan masih buku lama yang tidak direvisi, dan untuk mata kuliah yang tidak memiliki penuntun praktikum sebelum dilaksanakannya pratek, akan diadakan responsi untuk judul percobaan yang akan dilakukan, dalam bagian ini dosen akan menganalisis prosedur percobaan yang sudah di tugaskan pada mahasiswa untujk dipreaktekkan nantinya di laboratorium.

d.    Buku Ajar
Buku ajar yang digunakan disesuaikan dengan mata kuliah dan beberapa buku yang dibutuhkan tersedia di perpustakaan, dan buku tersebut ada yang berasal dari dinas kesehatan langsung. A Text Book Quantitative Inorganic Analysis Arthur I Vogel Lowe dan Brydone London Edisi III1968, Akut Abdomen Diagnosis Dini Sir Zachary Cope Yayasan Essentia Medica Edisi 14 Cet.II 1983, Alam Sumber Kesehatan Soedibyo, Moeryati Balai Pustaka Jakarta 1998, Alma-Ata 1978 Pelayanan Kesehatan Dasar Pusdiknakes Pusdiknakes1986; Almanak Nuklir Biologi dan Kimia Pusat Nuklir Biologi dan Kimia AURI Alamanak Nubika 1978/1979 ; Analisis Farmasi Herman J.Roth Gottfried Gajah Mada University Cet.ll 1994; Analisis Farmasi W. Munsou, James Airlangga University 1991; Analisis Kimia Kuantitatif Day, R.A. , Underwood. A.L Erlangga Edisi kelima 1989; Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi Stahl, Egon ITB Bandung 1985; Analytical Chemistry Christian, Gary 1) John Wiley dan Sons mc,1994; Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Dalimartha, Setiawan Jakarta, Trubus Agrowidya 2003; Azaz-azaz Kimia Medicinal Manfred E.Wolff(Ed) UGMPress Edisi ke empat 1994; Bangun Atom dan Kimia Inti Drs. Nurazman Ganeca Science Book Series Bandung 1984 ; Banyak Makanan Berkhasiat Obat Margatan, Arcole Aneka Solo 1998; Basic Inorganic Chemistry Cotton, Albert F. DICK John Wiley dan SonsJnc. Thirt Edition 1995; Biokimia Harper Murray, Robert K DKK EGC Ed.ke 22 Cet.Pertama 1995; Bio Kimia Jilid I Martoharsono Soeharsono UGMPress, 1997 Bio Kimia Jilid II Martoharsono Soeharsono UGMPress, 1998; Bio Kimia Suatu Pendekatan Berorientasi Khusus  Montogo, Mery, Dick U GM Press, 1993, (dafatar buku yang lain terlampir)
e.    Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada yaitu terdapat laboratorium yang kelengkapan alat sudah memadai dan cukup layak untuk jurusan farmasi dan penuntun praktikum dibuat dan dirancang secara bersama oleh dosen – dosen pengajar.
Untuk sarana perustakaan juga sudah cukup memadai, karena melihat daftar buku yang ada sudah cukup mendukung terhadap kompetensi lulusan  D-III Farmasi.
Berikut ini beberapa alat yang digunakan dalam praktikum yang berhubungan dengan kimia

                    

                    




KESIMPULAN
    Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan peneliti maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.    Materi ajar kimia terdapat dalam kurikulum Program Diploma III Farmasi Poltekkes Kesehatan Medan, baik sebagai matakuliah maupun cakupan bagi mata kuliah yang lain
2.    Materi kimia merupakan salah satu materi yang penting dalam Program Diploma III Farmasi sehingga dari hasil analisis materi pada mata kulaih sudah mencukupi materi ajar kimia yang diajarkan.
3.    Berdasarkan hasil analisis dan observasi terhadap pelaksanaan pekuliahan sudah baik dilihat juga dari segi sarana dan prasarana yang sudah memadai.
4.    Buku penuntuk praktikum yang digunakan ternyata masih kurang memadai karena ada beberapa mata kuliah yang sudah menggunakan penuntun yang sudah baku, tetapi ada juga yang masih belum memiliki buku penuntun praktikum, dan dilihat dari buku yang digunakan ternyata buku tersebut masih buku lama yang belum direvisi, sehingga menyulitkan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum.













DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, BSNP, 2006

Direktorat Akademik, Buku Panduan PEngembangan kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta, 2008

Kementrian Kesehatan RI, Kurikulum Inti Program Diploma III Farmasi, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan, 2011

Menteri Pendidikan Nasional, Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penialaian Hasil Belajar Mahasiswa, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Repubik Indonesi nomor 232/U/2000,

Poltekkes Kemenkes RI Medan http://www.poltekkes-medan.ac.id/farmasi

Wulan, Sri Rahayu Retno, Analisis dan Pengembangan Materi Ajar Kimia Pada Program Studi Agroteknologi Universitas Muslim Bireuen Propinsi Aceh,  Jurnal Pendidikan Kimia, Volume 3 nomor 2 Edisi Agustus, 2011















Lampiran

Instrumen Wawancara mini riset
Nama Perguruan tinggi : D-III Farmasi Poltekkes Medan 
1.    Kurikulim yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di D-III Farmasi Poltekkes Medan?
2.    Bagaimana Pelaksanaan Pemebarjan di lingkungan D-III Farmasi Poltekkes Medan?
3.    Berapa bobot SKS yang di emban pada mahasiswa jurusan D-III Farmasi ?
4.    Berapa jenis mata kulih  untuk program D-III Farmasi?
5.    Adakah dari matakuliah yang diajarkan terkait dengan materi kimia?
6.    Apakah matakuliah terkait dengan materi kimia disertai dengan praktek?
7.    Adakah silabus mata kuliah?
8.    Bagaimana teknik penilaian dosen pada setiap mata kuliah?
9.    Bagiamana kelengkapan sarana dan prasarana?
10.    Bagaimana  kelengkapan alat di laboratorium?
11.    Adalah buku ajar yang digunakan?
12.    Dalam pelaksanaan praktek apakah menggunakan buku penuntun?
13.    Bagaimana kualifikasi dosen yang mengajar ?

   


   
   

PEDOMAN PENYIMPANAN BAHAN KIMIA

Pedoman Penyimpanan Zat Kimia di Laboratorium
Untuk Kesehatan dan Keamanan
Oleh Dina Fernata Purba
A.    Pendahuluan
Laboratorium merupakan salah satu sarana yang penting dalalm proses belajar mengajar, sebagai tempat belajar atau sebagai sumber belajar, laboratorium harus mempunyai siaft yang nyaman dan aman. Laboratorium yang bersifat nyaman artinya selaha kebutuhan  ata keperluan untuk melakukan kegiatan telah tersedia di tempat yang semestinya atau mudah di akses bila digunakan. Sedangkan laboratorium yang bersifat aman artinya segala penyimpanan material berbahaya dan kegiatan berbahaya telah dipersiapkan kemanannya.
    Bahan kimia merupakan materi belajar yang harus ada dalam laboratorium kimia. Pada dasarnya semua bahan kimia beracun,  namun apabila dikelola dengan baik maka dan benar maka tingkat bahaya sebagai bahan beracun dapat ditanggulangi atau dikurangi, sehingga dibutuhkan suatu pengelolaan dan penyimpanan zat kimia yang benar dan tepat.
    Kegiatan pengelolaan bahan kimia di laboratorium meliputi beberapa tahapan atau langkah, yaitu :
- Pengemasan dan penempatan
- Pengelompokan menurut jenis bahan
- Administrasi dan pencatatan penggunaan bahan
 Untuk lebih jelas dapat DOWNLOAD DISINI

Optimalisasi Laboratorium

OPTIMALISASI PERATURAN DASAR UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN
        DI LABORATORIUM KIMIA

OLEH : DINA FERNATA PURBA

BAB I
PENDAHULUAN
I.    Keamanan Kerja Di Laboratorium
Keamanan adalah faktor yang seharusnya menjadi perhatian yang paling besar dalam kegiatan laboratorium, tetapi umumnya yang selama ini terjadi adalah justru kebalikannya. Kita belum terbiasa memperhatikan keamanan bekerja. Syarat keamanan di laboratorium bertujuan untuk melindungi baik yang bekerja di laboratorium itu sendiri, maupun untuk keamanan sekitar lingkungan.
Selain didukung oleh fasilitas keamanan laboratorium, setiap pekerja di laboratorium sebaikknya menyadari bahwa kerja di laboratorium mengandung resiko yang membahayakan kerja. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya kecelakaan yang membahayakan keselamatan kerja maka para pekerja laboratorium perlu mengetahui sumber-sumber bahaya di laboratorium, dan disamping itu yang paling utama adalah kepatuhan terhadap peraturan dasar yang ada di dalam laboratorium.
Sebagian besar bahan kimia yang saat ini dihasilkan dan digunakan  hari ini  bermanfaat, tetapi sebagian juga berpotensi merusak kesehatan manusia, lingkungan, dan sikap masyarakat terhadap perusahaan kimia. Sebagai pimpinan lembaga, Anda harus menyadari potensi penyalahgunaan bahan kimia secara tidak sengaja maupun secara sengaja  seperti  terorisme  atau perdagangan obat-obatan ilegal.







BAB II
ISI
Laboratorium memegang peranan penting sebagai pusat kegiatan praktikum dan penelitian mahasiswa, pembinaan, pengkajian, penelitian, pengabdian masyarakat dan pengembangan IPTEK.   Pengelolaan Laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas Laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, bahan-bahan kimia dan sebagainya), serta aktivitas yang dilaksanakan di Laboratorium membutuhkan keahlian khusus, baik keahlian yang bersifat teknis maupun managerial dalam rangka menjaga dan mengembangkan fungsi dan peranan Laboratorium.
Laboratorium pada lembaga pendidikan tidak hanya turut bertanggungjawab dalam menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi akademis dan profesi kependidikan saja, melainkan juga harus mampu menghasilkan berbagai produk pendidikan sains seperti; media, model dan proses pembelajaran secara empiris dan tervalidasi secara objektif. Laboratorium sebagai tempat untuk melahirkan gagasan-gagasan baru. Inovasi dan kreativitas hendaknya lahir dari komponen laboratorium dengan stimulus yang berasal dari lapangan. Laboratorium pendidikan harus mampu mengembangkan berbagai alternatif solusi terhadap masalah pendidikan sains.
Sampai saat ini laboratorium ideal hanya dinyatakan secara fisik dan kelengkapannya serta proporsi antara alat dengan pemakai serta kualitas alat. Tidak dinyatakan secara profesional, dalam hal ini adalah pengelolaan. Fasilitas canggihpun tidak akan bertahan lama bila kapabilitas pengelolaan tidak profesional. Setiap komponen alat laboratorium memiliki masa susut dan potensi kerusakan. Tanpa adanya maintenance yang baik akan mempersingkat umur dan daya guna alat. Tanpa pengelolaan yang baik laboratorium hanya sebatas kumpulan alat yang teratur namun tidak fungsional.
Peningkatan dan pengembangan laboratorium sebagai fungsi pengelolaan  pada dasarnya bertujuan untuk lebih meningkatkan produk perguruan tinggi seperti jumlah dan kualitas lulusan, hasil penelitian, kemitraan usaha dan kepedulian terhadap masyarakat, serta kemampuannya sebagai income generating unit. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Untuk setting ini perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang mencakup;  keselamatan, efektivitas dan efisiensi, serta kemudahan pengawasan. Prinsip keselamatan dimaksudkan penempatan alat-alat dan bahan diusahakan sekecil mungkin memberikan resiko terjadinya kecelakaan. Petunjuk penggunaan alat harus tersedia dekat peralatan khusus disertai dengan daftar isian penggunaan alat (kartu alat). Hindarkan dari kemungkinan terjatuh atau tersenggol. Peralatan berat/besar hendaknya ditempatkan permanen. Kabel tidak terjuntai atau jatuh kelantai. Setiap terminal listrik digunakan hanya untuk satu alat.  Penyimpanan bahan kimia  hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan sifat atau karakteristik bahan. Dengan kecilnya resiko kecelakaan dan kerusakan alat maka keutuhan perangkat dapat dipertahankan.
Prinsip efisiensi dan efektivitas penggunaan alat dimaksudkan bahwa penempatan alat memberikan kesempatan yang tinggi kepada mahasiswa untuk  menggunakan alat sesuai peruntukkannya (aksesibilitas) dalam mengembangkan ketrampilan dasar laboratorium dengan hasil yang optimal.  Selain itu  juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk lebih familiar dengan alat-alat. Kecelakaan di laboratorium (Koesmadji et. al. 2000) dapat bersumber dari:
1.    Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai bahan kimia dan proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan laboratorium
2.    Kurang jelasnya petunjuk kegiatan laboratorium
3.    Kurang bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan laboratorium
4.    Kurang tersedia peralatan keamanan dan tidak menggunakan perlengkapan pelindung
5.    Tidak mengikuti petunjuk dan aturan yang semestinya ditaati
6.    Bekerja diluar kesadaran dan tidak hati-hati dalam melakukan kegiatan
7.    Menggunakan peralatan yang tidak sesuai atau rusak
Kemungkinan kecelakaan yang terjadi ketika bekerja dengan alat spesifik atau bahan kimia. Berkaitan dengan bahan kimia berpotensi menimbulkan kecelakaan (beracun, reaktif dan mudah meledak, asam/basa kuat) maka harus digunakan dalam jumlah yang sedikit dan konsentrasi rendah.
Pengelolaan laboratorium dalam pengertian kuratif adalah tindakan pertolongan pertama terhadap kecelakaan yang terjadi untuk menghindari bahaya lebih lanjut. Prosedur penanganan kecelakaan tergantung pada jenis kecelakaannya. Penanganan kecelakaan memerlukan keterampilan khusus. Oleh karenanya perlu dilakukan pelatihan dengan mengundang instruktur yang ahli. Setiap pengguna melakukan pengecekan terhadap keutuhan, kebersihan dan fungsi alat sebelum dan sesudah kegiatan.
   
Keselamatan   dan keamanan  laboratorium  mensyaratkan  adanya peraturan dan  rogram wajib, komitmen  terhadap keduanya, dan adanya konsekuensi jika  aturan-aturan  dan  harapan  itu  tidak  dipenuhi.   Program   inspeksi laboratorium   secara  berkala  akan   membantu   menjaga   agar  fasilitas, peralatan,  dan  petugas  laboratorium  selamat  dan  aman.  Manajemen  lembaga harus membantu merancang program inspeksi dan memutuskan jenis inspeksi, frekuensi inspeksi, dan petugas yang melakukan inspeksi.

BAB III
KESIMPULAN
Keselamatan   dan  keamanan  laboratorium  mensyaratkan  adanya peraturan dan program wajib, komitmen  terhadap keduanya, dan adanya konsekuensi jika  aturan-aturan  dan  harapan  itu  tidak  dipenuhi.   Program   inspeksi laboratorium   secara  berkala  akan   membantu   menjaga   agar  fasilitas, peralatan,  dan  petugas  laboratorium  selamat  dan  aman.  Manajemen  lembaga harus membantu merancang program inspeksi dan memutuskanjenis inspeksi, frekuensi inspeksi, dan petugas yang melakukan inspeksi.
Program   inspeksi  menyeluruh   mungkin   meliputi   beberapa  jenis inspeksi berikut ini:

•   audit program yang dilaksanakan oleh tim;

•   inspeksi sejawat oleh rekan kerja laboratorium dari departemen  lain;

•   inspeksi keamanan dan kesehatan lingkungan yang dilakukan secara reguler;

•   swa-audit praktik dan peralatan; dan

•   inspeksi oleh badan eksternal, seperti lembaga penanggulangan  keadaan darurat.













DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Baim, Pemanfaatan Laboratorium Dalam Pelajaran IPA, http://baim87.bio.blogspot.com/2011/05/pemanfaatan-laboratorium-dalam-pelajaran-IPA

Emha.M.S.H, (2006),Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Moran, Lisa dan Masciangioli,Tina.,(2010),Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia, The Natinal Academies Press, Washington DC

Riandi, Pengelolaan Laboratorium

Suryanta,(2010), Manajemen Oprasional Laboratorium, Universitas Negeri Yokyakarta, Yokyakarta

Tim Ahli Program STEP-2,(2007),Manajemen Laboratorium IPA, Departemen Agama Repubik Indonesia, Jakarta

Unit keselamatan Kerja,(2011), Panduan Keselamatan Kerja Laboratorium. Institut teknologi Bandung,Bandung

Widodo,Eko., Manajemen pengelolaan Laboratorium

Jumat, 07 Desember 2012

PENGELOLAAN LABORATORIUM KIMIA

BAB I
PENDAHULUAN
I.    Peranan Laboratorium
Laboratorium merupakan salah satu sarana yang penting dalam proses belajar mengajar, baik sebagai tempat belajar atau sebagai sumber belajar sehingga diperlukan suatu laboratorium yang aman dan dan nyaman. Laboratorium yang bersifat nyaman memiliki arti bahwa segala kebutuhan dan keperuan untuk melakukan kegiatan telah tersedia  di tempat yang semestinya atau mudah untuk diakses bila akan digunakan, sedangkan laboratorium yang memiliki sifat aman artinya segala penyimpanan material berbahaya dan kegiatan berbahaya telah dipersiapakan keamanannya.
Dalam rangka meningkatkan efesiensi dan efektifitas laboratorium harus dikelola dan di manfaatkan dengan baik. Sebagus dan selengkap apapun suatu laboratorium tidak akan berarti apa-apa bila tidak di tunjang oleh manajemen yang baik. Kegiatan laboratorium akan memberikan peran yang sangat besar terutama dalam 1) Membangun pemahaman konsep; 2) Verifiasi (pembuktian) kebenaran konsep; 3) menumbuhkan keterampilan proses (keterampilan dasar dalam kerja ilmiah) serta efektif siswa; 4) Menumbuhkan “ rasa suka” dan motivasi terhadap pelajaran yang dipelajari; 5) melatih kemampuan psikomotorik, dengan melihat begitu banyak manfaat yang di dapat dari kegiatan laboratorium/ praktikum, sehingga pemanfaatan laboratorium sangatlah diperlukan.
Laboratorium kimia merupakan salah satu jenis laboratorium yang dianggap cukup berbahaya dalam melaksanakan percobaan, sehingga tidak jarang dalam melakukan percobaan kimia yang berbahya tidak dilakukan walaupun percobaan tersebut sangatlah diperlukan dalam peningkatan pemahaman siswa tentang materi tertentu. Perlaksanaan percobaan kimia sebenarnya dapat dilakukan dengan baik apabila ada penanganan dan pengoprasian laboratorium yang baik dan benar. Untuk mendapatkan penanganan laboratorium yang baik diperlukan suatu manajemen/ pengelolaan laboratorium yang baik, baik dalam penanganan alat, bahan dan tata letak laboratorium yang bebar disamping kesadaran dalam
 menggunakan laboratorium yang baik dan benar. Pada dasarnya pengelolaan merupakan tanggunga jawab bersama baik pengelolaan maupaun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penanganannya bila terjadi kecelakaan. Para pengelola laboratorium hendaknya memiliki pemahaman dan  keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dan mengikuti peraturan. Pegelola laboratorium biasanya teridiri dari : 1) kepala Sekolah; 2) Wakil Kepala Sekolah; 3) Kordinator Laboratorium ; 4) Penanggungjawab laboratorium : 5) Laboran
Para pengelola tersebut mempunyai tugas dan kewenangan yang berbeda namun tetap sinergi dalam pencapaian tujuan bersama yang telah ditetapkan (Sugiharto, 2008). Agar siswa dapat menggunakan laboratorium secara optimal, maka kondisi laboratorium juga diupayakan tetap bersih dan nyaman. Kondisi laboratorium yang baik memiliki beberapa syarat diantaranya ada tidaknya organisasi dan administrasi laboratorium, kelengkapan ruangan, kelengkapan perabot, penataan alat dan bahan, kebersihan dan kerapian serta keselamatan kerja laboratorium.
Untuk itulah pemahaman tentang pengelolaan laboratorium sangat penting untuk dimiliki oleh pihak-pihak yang terkait dengan laboratorium, baik secara langsung maupun tidak.

















BAB II
ISI
    Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995:7) laboratorium adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan, tepat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruang terbuka. Sedangkan menurut kamus laboratorium berarti tempat untuk mengadakan percobaan (penyelidikan), dan sebagainya segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan sebagainya. Sedangkan menurut Emha (2006) laboratorium sekolah merupakan suatu tempat atau lembaga tempat peserta didik belajar serta mengadakan percobaan (penyelidikan).
    Pengelolaan laboratorium akan berjalan dengan baik dan efektif bilamana dalam struktur organisasi laboratorium didukung oleh Board Of  Management yang brfungsi sebagai peranan pengaruh dan penasehat. Board Of Management  terdiri atas para senior yang mempunyai kompetensi dengan kegiatan laboratorium yang bersangkutan.
Ada beberapa perangkat pengelolaan laboratorium yang standar untuk dilaksakan guna mengoptimalkan peranan laboratorium dalam pembelajaran yaitu :
1.    Tata ruang laboratorium
2.    Alat yang baik dan terkalibrasi
3.    Infrastruktur laboratorium
4.    Administrasi laboratorium
5.    Organisasi laboratorium
6.    Fasilitas pendanaan (Sumber Dana)
7.    Investasi dan keamanan laboratorium
8.    Pengamanan laboratorium
9.    Disiplin dan keterampilan laboran
10.    Keterampilan sumber daya manusia
11.    Peraturan dasar di laboratorium
Semua perangkat-perangkat tersebut diatas, jika dikelola secara optimal akan mendukung terwujudnya penerapan manajemen laboratorium yang baik. Dengan demikimian manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan pengelolaan yang kompleks dan terarah.




1.    Tata Ruang Laboratorium
Menurut Wirjosoemarto (dalam Baim, 2011) Fasilitas laboratorium adalah :
“Laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakaian laboratorium dalam aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada yang berupa fasilitas umum dan khusus. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai laboratorium seperti penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik dan gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan meja belajar, seperti meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, papan tulis, lemari alat, lemari bahan, ruang timbang, lemari asam, pelengkapan P3K, pemadam kebakaran dan lain-lain”
Pemakaian laboratorium hendaknya memahami tata letak atau layout bangunan laboratorium. Pembangunan suatu laboratorium tidak dipercayakan begitu saja kepada seorang arsitektur bangunan. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium. Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah lokasi bangunan laboratorium dan ukuran ruang. Persyaratan lokasi bangunan laboratorium tidak terletak pada arah angin  yang menuju bangunan lain atau permukiman. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar untuk menghindari penyebaran gas-gas berbahaya. Bangunan laboratorium juga harus dekat dengan sumber air, dan tidak terlalu dekat dengan bangunan yang lain. Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk pengontrolan dan memudahkan penindak lanjutan misalnya terjadi kebakaran. Selain persyaratan lokasi perlu dikerhatikan juga tata letak, ruang sebaiknya di tata sedemikian rupa (baik). Tata ruang yang sempurna harus dimulai sejak perencanaan gedung sampau pada plaksanaan pembangunan. Sebuah laboratorium yang baik memiliki tata ruang dengan komponen sebagai berikut :
a.    Pintu masuk (in)
b.    Pintu keuar (out)
c.    Pintu darurat (emergency-exit)
d.    Ruang persiapan (preparation- room)
e.    Ruang peralatan (equipment – room)
f.    Ruang penangas (fume – room)
g.    Ruang penyimpanan (strorage – room)
h.    Ruang istirahat/ ibadah
i.    Ruang Staf (Staff-room)
j.    Ruang Teknisi (technician-room)
k.    Ruang prasarana kebersihan
l.    Ruang toilet
m.    Lemari praktikan (locker)
n.    Lemari gelas (glass-rack)
o.    Lemari alat-alat optic (optical-rack)
p.    Pintu jendela diberi kawat kasa, agar serangga dan burung tidak dapat masuk
q.    Fan (untuk dehumidifier)
r.    Ruang ber-AC untuk alat-alat yang memerlukan persyaratan tertentu

2.    Alat yang berfungsi dengan baik dan terkalibrasi
Pengenalan terhadap laboratorium merupakan kewajiban bagi setiap petugas laboratorium, terutama yang akan mengoprasikan peralatan tersebut. Setiap alat yang akan dioprasikan harus dalam kondisi yang baik yaitu dengan syarat :
a.    Siap untuk dipakai (ready for use)
b.    Bersih
c.    Berfungsi dengan baik
d.    Terkalibrasi
Ada beberapa peralatan yang harus disertai dengan petunjuk penggunaan (manual-operation),  hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya kerusakan. Dalam buku manual terdapat juga petunjuk untuk perbaikan selanjutnya. Teknisi laboratorium yang ada harus senantiasa berada di tempat, karena setiap kali peralatan dioperasikan akan ada kemungkinan alat tidak berfungsi dengan baik. Beberapa peralatan yang dimiliki harus disusun secara teratur pada tempat tertentu, berupa rak meja yang disediakan. Peralatan digunakan untuk  melakukan suatu kegiatan pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat atau studi tertentu. Karenanya alat-alat ini harus selalu siap pakai, agar sewaktu-waktu dapat digunakan.
Peralatan laboratoium hendaknya dikelompokkan berdasarkan penggunaanya. Setelah selesai digunakan, harus segera dibersihkan kembali dan di susun semula. Semua alat-alat ini sebaiknya diberikan penutup (cover), seperti plastik transparan, terutama bagi alat-alat yang memang memerlukannya. Alat-alat yang tidak ada penutupnya akan cepat berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak alat tersebut.
Untuk memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan kembali alat yang ada di laboratorium, maka sebaikknya dibuat daftar inventaris yang lengkap dengan kode dan jumlah masing-masing. Alat yang sudah rusak atau pecah ditempatkan pada satu lemari tertentu, dan dituliskan dalam buku kasus dan buku inventaris laboratorium. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyimpan alat laboratorium yaitu :
a.    Bahan dasar pembuatan alat
b.    Bobot alat
c.    Kepekaan alat terhadap lingkungan
d.    Pengaruh alat lain
e.    Kelengkapan alat dalam satu set
Dalam menata dan penyimpanan alat laboratorium didasarkan pada  :
a.    Keadaan laboratorium yang ditentukan oleh fasilitas, susunan laboratorium, dan keadaan alat/ bahan
b.    Kepentingan pemakai ditentukan berdasarkan kemudahan mencari dan dicapai, keamanan dalam menyimpan dan pengambilan.
Perlakukan terhadap alat-alat di laboratorium yang akan digunakan hendaknya :
a.    Membawa alat sesuai dengan petunjuk penggunaan
b.    Menggunakan alat sesuai dengan petunjuk penggunaan
c.    Menjaga kebersihan alat
d.    Menyimpan alat
3.    Infrastrutur Laboratorium
Infrastruktur dalam laboratorium meliputi srana dan prasara yang mendukung terhadap kelengkapan dan kenyaman penggunaan laboratorium. Sarana dan prasarana ini terdiri dari sarana utama dan sarana pendukung.
A.    Sarana utama
Sarana utama mencakup lokasi laboratorium, konstruksi bangunan laboratorium dan sarana lain seperti pintu utama, pintu darurat, jenis meja praktikum/peralatan, jenis atap, jenis dinding, jenis lantai, jenis pintu, jenis lampu, jenis pembuangan limbah, jenis ventilasi, jenis AC, jenis tempat penyimpanan, jenis lemari bahan kimia, jenis alat optik, jenis timbangan, dan instrument lain, kondisi laboratorium dan lainnya.
B.    Sarana pendukung
Mencakup terhadap ketersediaan energi listrik, gas, air, lemari asam, kipas angin (blower), papan tulis, kotak obat-obatan, peralatan P3K, alat komunikasi, dan pendukung keselamatan kerja seperti pemadam kebakaran, hidran dan sebagainya.


4.    Administrasi Laboratorium
Pengadministrasian merupakan suatu proses pendokumenan seluruh sarana dan prasarana serta aktivitas laboratorium. Dalam kaitannya dengan pengadaan alat dan bahan. Pengadministrasian sarana dan prasarana laboratorium bertujuan untuk mencegah kehilangan/ penyalahgunaan, memudahkan oprasional dan pemeliharaan, mencegah duplikasi/ overlapping permintaan alat dan memudahkan pengecekan.
Setiap laboratorium memiliki jenis dan karakteristik  yang berbeda-beda, namun dilihat dari pola pengadministrasian memiliki pola dan aspek yang serupa. Sebagai contoh pola pengadministrasian adalah :
a.    Data ruangan Laboratorium
b.    Kartu Barang
c.    Daftar Barang
d.    Daftar pengeluaran/penerimaan barang
e.    Daftar usulan penerimaan barang
f.    Kartu alat
g.    Daftar alat
h.    Kartu Zat
i.    Daftar zat
j.    Dafatar pengeluaran/ penerimaan zat
k.    Daftar usulan/ permintaan zat
Dalam pengadministrasian ruangan laboratorium, setiap laboratorium harus memiliki denah  yang menggambarkan keadaan macam ruangan yang ada, jaringan listrik, jaringan air dan jaringan gas. Ruangan – ruangan tersebut harus tercatat namanya, ukurannya, dan kapasitasnya, dan data ini tercantum dalam data ruangan laboratorium.  Untuk mengadministrasikan fasilitas umum adalah barang – barang yang merupakan perlengkapan laboratorium. Barang-barang ini di data dalam kartu barang dan daftar barang, untuk memudahkan pendataan baiknya diurutkan berdasarkna abjad.
Pengadministrasian alat dan zat bertujuan untuk memudahkan pengelompokan jenis alat dan zat seperti alat gelas, alat listrik, alat logam, instrumnet, dan data dari alat alat ini dicantumkan dalam kartu alat, daftar alat, dan demikian untuk zat. Selain pengadministrasian alat dan bahan/ zat sistem evaluasi dan pelaporan juga diperlukan yang bertujuan untuk kelancaran administrasi yang baik, seyogianya laboratorium membeikan pelaporan kepada atasannya. Evaluasi dan pelaporan kegiatan masing-masing laboratorium dapat dilakukan bersama dengan pimpinan setiap semester atau tiap tahunyna, tergantung pada kesiapan yang ada agar semua kegiatan laboratorium dapat dipantau dan sekaligus dapat digunakan untuk perencanaan laboratorium (seperti penambahan alat-alat baru, rencana pembiayaan/ dana laboratorium yang diperluka, perbaikan sarana dan prasarana yang ada)
5.    Organisasi Laboratorium
Organisasi laboratorium meliputi struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, serta susunan personalia yang mengelola laboratorium tersebut. Bentuk susunan organisasi laboratorium dapat berupa seperti bagan berikut ini :



Gambar. 1 Bagan Struktur Organisasi Laboratorium
    Tugas dan tanggung jawab laboratorium selain mengkoordinir berbagai aspek laboratorium, juga mengatur penjadwalan penggunaan laboratorium. Penjadwalan ini dikordinasikan dengan bagian kurikulum  dengan mempertimbangkan usulan-usuan guru.
    Pada laboratorium yang menggunakan peralatan yang rumut  atau kompleks, biasanya perlu diangkat seorang operator alat. Operator alat bertanggung jawab terhadap alat yang dioperasikannya. Oleh karena itu operator harus selalu siap jika sewaktu-waktu alat digunakan.
6.    Fasilitas pendanaan (sumber dana)
Dalam melaksanakan kegiatan laboratorium untuk kesinambungan fungsional laboratorium salah satu faktor utamanya adalah pendanaan atau anggaran yang memadai. Anggaran disini bertujuan untuk melakukan penghematan. Untuk laboratorium sains anggaran harus disiapkan dua atau tiga bulan sebelum tahun ajaran berjalan, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk mempertimbangkan pembatalan, dan memeberikan keputusan terhadap pemesanan dan pengadaan alat dan bahan. Untuk melakukan persiapan anggaran ada bebrapa langkah-langkakh yang harus dilakukan yaitu :
1.    Cek semua persediaan alat/Zat
2.    Dengan bantuan guru senior dan asisten laboran, meminta informasi tentang :
a.    Barang yang habis
b.    Alat-alat yang rusak
c.    Alat/bahan yang rusak atau hilang
d.    Alat-alat baru yang dibutuhkan
3.    Mencari informasi proyeksi penerimaan siswa/ mahasiswa pada tahun ajaran yang akan datang
4.    Pengecekan fasilitas laboratorium mencakup suplai air, listrik, gas, dan lain-lain
5.    Mengecek harga – harga alat/bahan pada saat ini dan memprediksi harga-harga tersebut  pada tahun mendatang
6.    Meminta informasi dari guru bidang studi untuk menyiapkan daftar alat dan bahan yang dibutuhkan selama tahun ajaran bejalan.
7.    Mendiskusikan hal-hal yang penting dan kritisasi untuk penyelesaian kebutuhan alat/bahan tersebut dengan melibatkan kepala sekolah dan guru senior.
Dalam membuat kebutuhan alat dan bahan hendaknya dibuat dlam bentuk format pemesanan dengan mencantumpakn nama alat/bahan, spesifikasi yang jelas, jumlah dan estimasi harga.

7.    Disiplin dan Keterampilan Laboran
Pengelolaan laboratorium  harus menerapkan disiplin yang tinggi pada seluruh pengguna laboratorium (mahasiswa, asisten, laboran/teknisi) agar terwujud  efesiensi kerja yang tinggi. Kedisiplinan sangat dipengaruhi oleh oleh pola kebiasaan dan perilaku dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu setiap pengguna laboratorium harus menyadari tugas, wewenang dan fungsinya. Sesama pengguna laboratorium harus ada kerjasama yang baik, sehingga setiap kesulitan, dapat dipecahkan/ diselesaikan dengan baik
Selain kedisiplinan pengelola laboratorium juga harus meningkatkan keterampilan semua tenaga laboran/teknisi. Peningkatan keterampilan dapat diperoleh melalui pendidikan tambahan seperti pendidikan keterampilan khusus, pelatihan (workshop) maupun magang di tempat lain. Peningkatan keterampilan juga dapat dilakukan mealui bimbingan dari staf dosen, baik di dalam laboratorium maupun antar laboratorium
8.    Peraturan Dasar di Laboratorium
Beberapa peraturan umum untuk menjamin kelancaran pekerjaan di laboratorium sebagai berikut ini :
a.    Dilarang makan dan minum di laboratorium
b.    Dilarang merokok, karena mengandung bahaya seperti
- kontaminasi melalui tangan
- ada api/uap/gas yang bocor/mudah terbakar
- uap/gas beracun akan terhisap melali pernapasan
c.    Dilarang meludah untuk mencegah terjadinya kontaminasi
d.    Jangan panik menghadapi bahaya  kebakaran dan gempa
e.    Dilarang mencoba peralatan laboratorium tanpa  diketahui cara penggunaannya
f.    Diharuskan menulis label yang lengkap
g.    Dilarang mengisap/menyedot dengan menggunakan mulut
h.    Diharuskan menggunakan baju laboratorium, dan juga sarung tangan, terutama saat menuangkan zat berbahaya
i.    Semua peraturan itu harus ditujuakan untuk keselamatan kerja di laboratorium.

9.    Penangan Masalah umum dalam Laboratorium Kimia
a.    Mencampur zat-zat kimia
Jangan mencampur bahan kimia tanpa mengetahui sifat reaksinya. Jika belum tau maka tanyakan pada orang yang lebih kompeten
b.    Zat-zat baru atau kurang diketahui
Demi keamanan laboratorium, berkonsultasilah sebelum menggunakan zat-zat kimia yang baru dan kurang diketahui. Semua zat-zat dapat menimbulkan risiko yang tidak diketahui
c.    Membuang bahan material yang berbahaya
Sebelum membuang material yang berbahaya harus diketahui risiko yang mungkin terjadi. Oleh karena itu perlu dipastikan bahwa ketika membuang zat kimia tidak akan menimbulkan bahaya. Demikian halnya dengan buangan dari laboratorium, sebaiknya memiliki bak penampungan khusus, jangan dibuang begitu saja karena membuang mengandung bahaya yang menimbulkan pencemaran, air buangan harus di “treatment” dengan cara menetralisis sebelum di buang ke lingkungan.
d.    Tumpahan
Tumpahan asam diencerkan dulu dengan air dan dinetralkan dengan menggunakan CaCO3 atau soda abu, dan basa dengan menggunakan asam encer, setelah itu dipel dan dipastikan bahwa kain pel bebas dari asam atau alkali. Tumpahan minyak harus ditaburi dengan menggunakan pasir, kemudian disapu dan dimasukkan dalam tong sampah yang terbuat dari logam dan ditutup rapat.
e.    Tindakan pertama dalam pertolongan
Untuk bentuk kecelakaan maka perlu diambil dindakan pertama perlu diambil pada waktu memberiakn pertolongan pada sipenderita yaitu :
1.    Membewa sipenderita ke tempat yang tenang
2.    Apabila  pendarahan terjadi pada sipenderita usahakan darah yang keluar itu dihentikan dengan jalan mengangkat bagian tubuh yang luka, sehingga yang luka berada dia atas jantung
3.    Usahakan sipenderita terbaring seleluasa mungkin
4.    Jangan memberikan makanan pada penderita yang pingsan
5.    Segeralah minta pertolongan dokter















BAB III
PENUTUP
    Dalam mengelola laboratorium kimia, pemahaman tentang komponen dan penggunaan laboratorium yang baik sangat diperlukan untuk pengoptimalan fungsi suatu laboratorium. Segala aspek- aspek harus diperhatikan meliputi pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi serta persyaratan tata letak.
    Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan, dan bahan kimia), dan aktivitas yang dilakukan  di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Selain itu disiplin pengguna laboratorium sangat diutamakan, karena pengegunaan laboratorium akan berjalan dengan baik apabila peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dapat diaptuhi dengan baik.
    Dengan adanya strategi pengelolaan laboratorium kimia ini kiranya keselamatan kerja di laboratorium dapat berjalan dengan baik dan berfungsi secara optimal.




















DAFTAR PUSTAKA

Baim, Pemanfaatan Laboratorium Dalam Pelajaran IPA, http://baim87.bio.blogspot.com/2011/05/pemanfaatan-laboratorium-dalam-pelajaran-IPA

Emha.M.S.H, (2006),Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Moran, Lisa dan Masciangioli,Tina.,(2010),Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia, The Natinal Academies Press, Washington DC

Riandi, Pengelolaan Laboratorium
Suryanta,(2010), Manajemen Oprasional Laboratorium, Universitas Negeri Yokyakarta, Yokyakarta

Tim Ahli Program STEP-2,(2007),Manajemen Laboratorium IPA, Departemen Agama Repubik Indonesia, Jakarta

Unit keselamatan Kerja,(2011), Panduan Keselamatan Kerja Laboratorium. Institut teknologi Bandung,Bandung

Widodo,Eko., Manajemen pengelolaan Laboratorium





BIOSINTESIS ASAM LEMAK


1.        Biosintesi
1.        Biosintesis asam lemak lignoserat   CH3(CH2)22COOH
Tahap yang dilalui dalam metababolisme asam lemak adalah setelah masuk ke mitokondria oksidasi pada asam lemak terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama dalam metabolime asam lemak adalah asam lemak mengalami pelepasan unit 2-karbon berturut- turut secara oksidatif, yang dimulai dari ujung karboksil rantai asam lemak, dengan berulang-ulang  melewati rangkaian enzim yang melepaskan satu unit asetil-2 karbon pada sekali proses dalam membentuk asetil Co-A, sehingga pada asam lemak lignoserat yang memiliki 24 atom karbon mengalami 11 kali proses melewati enzim ini. Pada akhir kesebelas proses ini, unit 2-karbon yang terakhir dari asam lignoserat juga muncul sebagai asetil Co-A, sehingga keseluruhan  membentuk 12 potongan 2-karbon dalam bentuk gugus asetil, yaitu gugus asetil Co-A. Setiap pembentukan tiap molekul asetil Co-A memerlukan pelepasan empat atom hidrogen dari setiap asam lemak oleh kerja enzim dehidrogenase. Dengan tahapan sebagai berikut :
Gambar struktur asam lemak Lignoserat

Proses metabolibe asam lemak lignoserat :
Asam Lemak
Membran mitokondria
Membran mitokondria


     
         (b-enoyl-KoA)
     
(b-Hidroksil-KoA)
  +  (Asetil KoA)
                                                                               
1.       Pada tahap awal asam lignoserat mengandung 22 atom dioksidasi B dalam 10 siklus menjadi 11 residu asetil KoA
2.       Tahap ke dua tiap asetil KoA dioksidasi menghasilkan 2 CO2 dan 8 elektron dalam siklus asam sitrat
3.       Tahap ke tiga elektron yang dihasilkan dari tiap tahap 1 dan 2 masuk ke dalam rantai respirasi mitokondria dengan menghasilkan energi untuk sintesis ATP dengan fosforilasi oksidatif
Sehingga dengan 10 siklus b-Oksidasi menghasilkan energi sebesar :
10  FADH2                  = 10 x 2ATP                      = 20 ATP
10 NADH2                   = 10 x 3 ATP                     = 30 ATP
11 Asetil-KoA            = 11 x 12 ATP                  = 123 ATP
Jumlah ATP                                                               = 182 ATP
Karena dalam proses aktivasi membutuhkan 1 ATP sehingga total energi yang dihasilkan adalah :
182ATP – 1 ATP = 181 ATP
       
2.        Keterkaiatn Asetil Co-A pada metabolisme protein, karbohidrat dan lemak
Keterkaitan Asetil Co-A pada metabolisme protein, karbohidrat dan lemak adalah bahwa semua proses metabolisme yang dilalui masing-masing zat menghasilkan asetil Co-A untuk masuk ke dalam siklus asam sitrat dalam proses respirasi  dengan bagan sebagai berikut ini :
s asam lemak lignoserat   CH3(CH2)22COOH
Tahap yang dilalui dalam metababolisme asam lemak adalah setelah masuk ke mitokondria oksidasi pada asam lemak terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama dalam metabolime asam lemak adalah asam lemak mengalami pelepasan unit 2-karbon berturut- turut secara oksidatif, yang dimulai dari ujung karboksil rantai asam lemak, dengan berulang-ulang  melewati rangkaian enzim yang melepaskan satu unit asetil-2 karbon pada sekali proses dalam membentuk asetil Co-A, sehingga pada asam lemak lignoserat yang memiliki 24 atom karbon mengalami 11 kali proses melewati enzim ini. Pada akhir kesebelas proses ini, unit 2-karbon yang terakhir dari asam lignoserat juga muncul sebagai asetil Co-A, sehingga keseluruhan  membentuk 12 potongan 2-karbon dalam bentuk gugus asetil, yaitu gugus asetil Co-A. Setiap pembentukan tiap molekul asetil Co-A memerlukan pelepasan empat atom hidrogen dari setiap asam lemak oleh kerja enzim dehidrogenase. Dengan tahapan sebagai berikut :
Gambar struktur asam lemak Lignoserat

Proses metabolibe asam lemak lignoserat :
Asam Lemak
Membran mitokondria
Membran mitokondria


     
         (b-enoyl-KoA)
     
(b-Hidroksil-KoA)
  +  (Asetil KoA)
                                                                               
1.       Pada tahap awal asam lignoserat mengandung 22 atom dioksidasi B dalam 10 siklus menjadi 11 residu asetil KoA
2.       Tahap ke dua tiap asetil KoA dioksidasi menghasilkan 2 CO2 dan 8 elektron dalam siklus asam sitrat
3.       Tahap ke tiga elektron yang dihasilkan dari tiap tahap 1 dan 2 masuk ke dalam rantai respirasi mitokondria dengan menghasilkan energi untuk sintesis ATP dengan fosforilasi oksidatif
Sehingga dengan 10 siklus b-Oksidasi menghasilkan energi sebesar :
10  FADH2                  = 10 x 2ATP                      = 20 ATP
10 NADH2                   = 10 x 3 ATP                     = 30 ATP
11 Asetil-KoA            = 11 x 12 ATP                  = 123 ATP
Jumlah ATP                                                               = 182 ATP
Karena dalam proses aktivasi membutuhkan 1 ATP sehingga total energi yang dihasilkan adalah :
182ATP – 1 ATP = 181 ATP
       
2.        Keterkaiatn Asetil Co-A pada metabolisme protein, karbohidrat dan lemak
Keterkaitan Asetil Co-A pada metabolisme protein, karbohidrat dan lemak adalah bahwa semua proses metabolisme yang dilalui masing-masing zat menghasilkan asetil Co-A untuk masuk ke dalam siklus asam sitrat dalam proses respirasi  dengan bagan sebagai berikut ini :